Cari Blog Ini

Senin, 04 Januari 2021

Tayan, di tepian Kapuas

Jalan-jalan ke Tayan (3)
Tidak seperti di Pontianak dan sekitarnya, Batang Tarang memiliki sumber air.  Jadi, walaupun tergantung listrik, air cukup baik disini.  Mesjid dan surau, walaupun sedikit penggunanya, selalu berlimpah air.  Jadi saat jeda atau rehat, pilihan di surau adalah terbaik.  Surau, walaupun berdinding dan berkeramik, tetapi tidak berpondasi.  Melainkan berdiri di atas tonggak-tonggak balok kayu besi atau ulin.  Walaupun sepintas balok-balok itu kecil, namun kokoh dan tidak lapuk oleh cuaca dan air yang menggenanginya.  Konstruksi demikian, hampir ditemukan di seluruh rumah dan bangunan yang dijumpai sepanjang Pontianak-Sanggau.  Gedung Olah Raga pun berkonstruksi demikian.  Jadi hampir semua bangunan disini adalah panggung.  Makanya, ketika jalan di Ancol ambles, pasti orang Dayak akan menertawakan cara kerja para kontraktornya.....
Sungai Kapuas sangat mendominasi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kalimantan Barat.  Namun demikian, bagi kami sungai Kapuas masih hanya dalam cerita saja.  Kami sekedar melewatinya saat akan ke Sanggau, dan tentu saja saat akan mendarat di Pontianak.  Oleh karena itu, untuk mengenal daerah lebih jauh dan menghapus keingintahuan kami, diusulkanlah kunjungan ke Sungai Kapuas. 
Akhirnya, sore hari kami berangkat ke Tayan.  Sekitar sejam perjalanan dari Batang Tarang.  Tayan lebih ramai.  Kota yang berujung di sungai.  Ternyata sungai Kapuas ini seperti layaknya laut atau danau saja.  Terdapat dermaga tempat berlabuh masyarakat yang berdomisili di pulau Tayan.  Tayan itu terdiri dari daratan dan pulau di tengah sungai.  Pulaunya cukup besar dan ramai, mungkin sekitar 1 RW atau lebih.   Banyak yang bekerja di daratan dan tinggal di pulau.  Angkutan perahu bermesin lalu lalang layaknya becak atau ojek di kota. 
Sore itu sangat cerah, pemandangan sangat indah.  Kehidupan masyarakat habis berbelanja turun dari bis dan hendak menyebrang dengan barang-barangnya.  Hiruk pikuk yang mengasyikan.  Kami menaiki boat milik WVI yang mengundang kami ke sini.  Kios BBM pun terapung, sangat unik.  Setelah tanki terisi penuh, mulailah perjalanan menyusuri sungai Kapuas.
Sang pengemudi mengarahkan ke seberang.  Jadilah kami menyusuri pulau Tayan.  Rumah di pulau menghadap sungai, dan tempat MCK ada di sepanjang sungai.  Jadilah perjalanan seolah sedang menginspeksi MCK berikut kegiatannya.... Akhirnya kami sampai ke ujung pulau.  Dan ternyata, sungai di balik pulau jauh lebih lebar daripada bagian yang menghadap daratan.  Makin ke hilir makin lebar saja.  Kalau diperkirakan mungkin selebar 3km-an, bahkan lebih.  Kapal-kapal besar leluasa lalu lalang.  Kapal pengangkut CPO saja ada dua bersandar, sedang menunggu diisi dari kilang-kilang pinggir sungai.  Di kejauhan bukit-bukit merah terkelupas, diambil dan diangkut tanah-tanahnya ke Jepang.  Bauksit katanya, tapi apakah sebodoh itu kalau hanya mengambil bauksit?  Berapa biaya angkut dan olahnya kalau sekedar bauksit?  Dan tiap hari ratusan bahkan ton diangkut menggunakan tongkang-tongkang raksasa.
Makin lama sungai makin lebar lagi... menyuguhkan pemandangan seperti laut.  Matahari yang hendak terbenam mengeluarkan warna-warna yang indah..  sunset di sungai...
Menjelang maghrib boat diputar balik, kembali ke Tayan dengan menyusuri arah sebaliknya, melalui belakang pulau.  Di seberang masih nampak kerimbunan hutan.  Kapal-kapal pengangkut kayu yang sudah terpotong nampak di kejauhan.  Di sisi dekat boat yang kami naiki, untaian kayu gelondongan yang sangat panjang ditarik dua kapal.  Entah berapa hektar kalau kayu-kayu itu diberdirikan kembali. 
Di salah satu ujung pulau, nampak kapal-kapal “kargo”, kalau truk mungkin seperti truk kontainer, namun modifikasi dari kapal pinisi. Itulah kapal “Bandung”, kapal yang mengangkut barang-barang kebutuhan dari Pontianak.  Persis seperti kehidupan jalanan di Pantura dengan truk-truknya, namun ini berdimensi sungai.
Perjalanan susur Kapuas ini berakhir di kedai ikan dan udang bakar.  Entah sampai kapan Tayan hidup dengan perahu-perahunya, karena saat ini sedang dibangun jembatan yang menghubungkan dua daratan yang terpisah sungai ini, dengan pulau Tayan sebagai tiangnya.  Mungkin kehidupan air bergeser menjadi kehidupan darat setelah ada jembatan kelak, menghapus berbagai keunikan yang telah beratus tahun ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar